Sketsa Hidup

C
       
    
U J I A N


Cerita  yang tidak menyenangkan ini adalah pengalaman diri kami.  Terjadi beberapa bulan yang lalu. Pagi hari itu jadwal kegiatan kami adalah mengikuti cek kesehatan, khususnya kesehatan darah lengkap yang rutin kami lakukan secara teratur enam bulan sekali. Pemeriksaan dilaksanakan disebuah rumah sakit terbesar dibilangan Jakarta Selatan. Rumah sakit ini  memiliki fasilitas terlengkap untuk itu diantara klinik dan rumah sakit yang ada diseluruh kawasan. Pemeriksaan diikuti oleh saya dan isteri.  Selain darah, isteri saya  menjalani  pemeriksaan kesehatan mata.  
       
      Agar tidak membuang waktu maka kami memutuskan memisahkan diri. Isteri  keklinik mata, saya lansung kelaboratorium pemeriksaan darah yang lokasinya terpisah beberapa ratus meter. Ketika berangkat dari rumah kami tidak memiliki uang kas dikantong yang kira-kira cukup untuk menutup seluruh biaya-biaya yang diperlukan. Karena takut kesiangan,  sebelum sampai kerumah sakit kami tidak mampir ke ATM untuk mengambil tambahan  uang  Kami pikir  duit  itu bisa ditarik nanti disalah satu ATM yang diyakini  ada  dikomplek rumah sakit.  Selesai pengambilan darah,  saya mencari makanan yang bisa dimanfaatkan  untuk berbuka puasa. Tak lama setelah sarapan, ada tilpon dari isteri. Ia minta tolong diambilkan uang karena mau melunasi pembayaran biaya pemeriksaan darah dikasir laboratorium. 

     Saya segera menuju lokasi ATM  yang  terletak dekat pintu gerbang  rumah sakit. Disana  berjejer bilik-bilik ATM sejumlah  bank.  Saya masuk kesalah satu bilik, menyiapkan  kartu ATM, membaca instruksi yang terdapat dilayar kaca lalu sesuai perintah  memasukkan kartu kelobang yang disediakan. Selama beberapa waktu tidak terjadi perubahan pada layar. Tiba-tiba muncul tulisan yang berbunyi: “ Maaf, mesin ini tidak dapat digunakan, sedang mengalami gangguan”. Saya menunggu kartu dikeluarkan lagi oleh mesin. Beberapa saat hal itu tak terjadi. Hati  mulai gelisah. 

       Tiba-tiba ditengah kebingungan pintu bilik terdengan berderik. Saya menoleh kebelakang Dipintu  muncul seseorang lelaki setengah baya yang berpenampilan cukup rapi. Diduga seorang yang sedang menunggu giliran untuk menggunakan mesin ATM tersebut. Ia menyeruak masuk seraya menyapa: Ada apa Pak?  Kartunya tertelan ya, coba masukkan lagi nomor pin, lalu tekan enter!”Otomatis saya mengikuti saran orang yang kelihatan ramah tersebut,   sungguhpun begitu  diri  tetap waspada dengan cara memposisikan badan  membelakangi orang itu berjaga-jaga agar ia tak dapat mengamati  nomor yang sedang dipencet. Setelah dicoba saran tersebut ternyata sia-sia. Kartu tetap tidak muncul.  Saya menolehkan kepala kearah lelaki tadi sembari agak memplototkan mata agar ia mengerti bahwa saya tak ingin ditemani dikamar itu. Ia mengerti, lalu mundur keluar. 

      Langkah  berikutnya yang terukir dibenak ialah  melakukan tindakan pengamanan,  segera melapor ke call center yang nomornya tertera dilayar kaca. Selain melaporkan tertelannya kartu, sekaligus ingin meminta agar dilakukan pemblokiran terhadap kartu tersebut. Di-dial sekali tak ada yang angkat, dua kali juga tak ada yang menyahut. Akhirnya diputuskan  mencoba menghubungi kantor terdekat bank yang dimaksud.  Setelah mendapatkan nomornya dari 108, segera kantor tersebut dihubungi. Hasilnya sama, tak ada manusia yang mengangkat.  

       Semakin kesal, lalu coba menghubungi kantor cabang lain melalui 108 juga.  Hasilnya setali tiga uang.  Bingung karena tak satupun  usaha yang berhasil, saya   menghubungi isteri, meminta agar ia segera datang kelokasi ATM, guna mengawasinya dan meminta agar jangan sampai ada yang menggunakan mesin itu sementara saya pergi kekantor cabang yang terdekat.   Isteri keberatan ditinggalkan. Akhirnya kami berdua segera berangkat mencari lokasi kantor tersebut. 

     Kantor pertama ditemui dalam waktu lebih kurang 20 menit setelah berjuang menembus kepadatan lalu lintas. Hati merasa lega karena mengira rekening akan bisa segera terblokir.  Sial, pintu kantor ternyata hanya terbuka setengah. “Komputer lagi down pak  tak bisa bertransaksi “ kata  seorang satpam. Kami segera berbalik arah kemobil dan buru-buru mencari kantor yang lain. Akhirnya Kantor kedua  kami dapatkan  10 menit kemudian.   

         Setelah petugas customer service menerima laporan dan melakukan pemblokiran. Saya diberikan kartu ATM yang baru.  Selesai itu saya minta agar  buku tabungan di up-date .  Kebetulan entah kenapa buku tabungan waktu itu dikantongi. Selesai pencetakan lalu dikembalikan kepada saya. . Buku segera saya periksa. “Astagafirullah” kurang dari 30 menit  saldo tabungan melorot Rp 45 juta. Yang saya cemaskan terjadi juga rupanya .
      
      Setelah saya teliti pada buku tercatat lima kali penarikan hari itu masing-masing Rp 10juta sebanyak empat kali dan satu penarikan sebesar Rp 5 juta. Hal yang tidak masuk akal, tapi benar-benar telah terjadi. Buku saya perlihatkan  kepada bank dan menegaskan kepada mereka bahwa saya tidak melakukan transaksi  apapun pada hari itu dan menduga rekening saya telah disalah gunakan oleh pihak lain yang tak berwenang .   Saya  minta kepada bank agar hal tersebut diproses sesuai ketentuan yang berlaku, dengan catatan meminta bank agar kerugian yang telah saya derita ditutup sebagai salah satu kewajiban  bank melindungi nasabahnya . 

        Setelah meneliti dan melakukan semacam investigasi yang diperlukan, pejabat kantor cabang segera menghubungi kantor pusat yang membidangi urusan yang berkaitan. Terjadi dialog antara mereka. Pihak kantor pusat juga minta bicara dengan saya  guna mendapat ketegasan.   Beberapa saat setelah itu  kantor cabang belum mengambil langkah  yang pasti. Saya membaca dari sikap mereka bahwa seolah-oleh apa yang telah terjadi adalah diluar tanggung jawab mereka. Ini terungkap dari ucapan salah seorang staf mereka kepada isteri saya yang mengatakan: “ Ibu, berdasarkan pengalaman, kerugian semacam ini adalah diluar tanggung jawab bank”, Terus terang kemudian terjadi sedikit ketegangan diantara kami karena saya mendesak segera dibuatkan berita acara kejadian dengan alasan ini    

      Saya telah berusaha semaksimal munkin  menghubungi bank tapi tidak ada respon. Saya memperlihatkan kepada mereka rekam jejak di HP saya.  Memahami bahwa cabang ini  hanya memiliki wewenang yang terbatas saya berpikir hanya kantor lainnya yang punya wewenang yang lebih  besarlah yang mungkin bisa menangani kasus ini. Setelah berunding, saya minta  agar diantarkan kekantor wilayahnya agar kasus ini bisa ditangani sebagaimana mestinya.  Usul saya disetujui. 

        Sesampai disana saya merasa agak lega. Saya diterima dengan baik oleh wakil kepala cabang utama yang berada satu gedung dengan kantor wilayah. Mereka sudah menerima laporan kejadian ini.  Setelah mendapatkan penegasan lagi dari saya, mereka segera menyiapkan berita acara kejadian. Berita acara  ditutup dengan harapan nasabah agar kiranya kerugian yang terjadi bisa ditutup  oleh bank sebagai tanggung jawab perlindungan bank kepada nasabahnya. .  Kantor cabang tidak menjanjikan sesuatu kecuali ucapan bahwa akan berusaha semaksimal mungkin meneruskan permintaan kami kekantor pusat. Saya diminta menunggu jawaban paling lama dua minggu. 
       
     Saudara-saudaraku  pengunjung blog,  barang siapa yang pernah  mengalami musibah kehilangan orang yang ia cintai, atau   mengalami kejadian kehilangan barang yang ia sayangi  pastilah merasakan betapa pahit apa yang baru kami alami.  Ini terasa bagi kami seperti sebuah tamparan kilat  yang melayang,  lalu  hinggap dikepala sehingga membuat kepala nanar. Tubuh makin  lemas bila mengingat komentar yang dilontarkan seorang staf bank bahwa kejadian semacam ini adalah diluar tanggungjawab bank. . 

       Kami merasa bahwa kami sedang menerima suatu ujian dari Allah.  Namun kami percaya Allah adalah Al-‘Alim. Allah Maha Arif atas segala sesuatu yang terjadi kepada hamba-hambanya. Allah adalah Al-Hakim. Allah adalah Maha bijaksana. AlQuran mengatakan bahwa Tuhan tak akan membebani seseorang melebihi kesanggupannya. Al-Qur'an mengajarkan kita untuk berdo'a: "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya..."(QS 2: 286)

     Do'a tersebut lahir dari sebuah kepercayaan bahwa setiap derap kehidupan kita merupakan cobaan dari Allah. Kita tak mampu menghindar dari ujian dan cobaan tersebut, yang bisa kita pinta adalah agar cobaan tersebut sanggup kita jalani. Cobaan yang datang ke dalam hidup kita bisa berupa rasa takut, rasa lapar, kurang harta dan lainnya.

      Al-Qur'an melukiskan secara luar biasa cobaan-cobaan tersebut. Allah berfirman: "Dan Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS 2: 155)

       Amat menarik bahwa Allah menyebut orang sabarlah yang akan mendapat berita gembira. Jadi bukan orang yang menang atau orang yang gagah....tapi orang yang sabar! Biasanya kita akan cepat-cepat berdalih, "yah..sabar kan ada batasnya..." Atau lidah kita berseru, "sabar sih sabar...saya sih kuat tidak makan enak, tapi anak dan isteri saya?" Memang, manusia selalu dipenuhi dengan pembenaran-pembenaran yang ia ciptakan sendiri. Kemudian Allah menjelaskan siapa yang dimaksud oleh Allah dengan orang sabar pada ayat di atas: "(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un". (Qs 2: 156)

     Ternyata, begitu mudahnya Allah melukiskan orang sabar itu. Bukankah kita sering mengucapkan kalimat "Inna lillahi...." Orang sabar-kah kita? Nanti dulu! Andaikata kita mau merenung makna kalimat Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un maka kita akan tahu bahwa sulit sekali menjadi orang yang sabar.

       Arti kalimat itu adalah : "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali." Kalimat ini ternyata bukan sekedar kalimat biasa. Kalimat ini mengandung pesan dan kesadaran tauhid yang tinggi. Setiap musibah, cobaan dan ujian itu tidaklah berarti apa-apa karena kita semua adalah milik Allah; kita berasal dari-Nya, dan baik suka-maupun duka, diuji atau tidak, kita pasti akan kembali kepada-Nya.   Sejatinya,  sungguh beruntung orang-orang yang mendapat kesempatan untuk mengikuti suatu ujian. Seorang karyawan yang memperoleh kesempatan untuk mengikuti ujian adalah suatu bukti bahwa ia disiapkan  untuk menduduki posisi yang lebih tinggi. 
    
        Seorang pegawai yang meraih kesempatan untuk menempuh ujian  sesungguhnya memperoleh kepercayaan untuk menempati kedudukan yang lebih baik.  Betapa banyak karyawan yang mengeluh karena sekian lama dirinya tak diperhatikan atasannya. Buktinya ia tak pernah diberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan yang berujung dengan ujian. Patut diingat bertambah tinggi kedudukan seseorang staf bertambah berat ujian kenaikkan pangkat yang mesti ia lalui. Materi ujian siswa SMA jelas lebih berat dari materi ujian siswa SLTP.      

      Kembali kepada ujian dalam kehidupan,  ujian apapun itu datangnya dari Allah, dan hasil ujian itu akan kembali kepada Allah. Inilah orang yang sabar menurut Al-Qur'an! Ikhlaskah kita bila mobil yang kita beli dengan susah payah hasil keringat sendiri tiba-tiba hilang. Relakah kita bila proyek yang sudah didepan mata, tiba-tiba tidak jadi diberikan kepada kita, dan diberikan kepada saingan kita. Berubah menjadi dengki-kah kita bila melihat tetangga kita sudah membeli teve baru, mobil baru atau malah pacar baru. Bisakah kita mengucap pelan-pelan dengan penuh kesadaran, bahwa semuanya dari Allah dan akan kembali kepada Allah. 

       Kita ini tercipta dari tanah dan akan kembali menjadi tanah.... Bila kita mampu mengingat dan menghayati makna kalimat tersebut, ditengah ujian dan cobaan yang menerpa kehidupan kita, maka Allah menjanjikan dalam Al-Qur'an: "Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Dalam sebuah hadis qudsi Allah berkata: "Siapa yang tak rela menerima ketentuan-Ku, silahkan keluar dari bumi-Ku!" Subhanallah..... "inna lillahi wa inna ilaihi raji'un"
      
     Itulah semua yang saya utarakan kepada isteri agar dirinya bisa lebih tenang.  "Apa yang menimpa kita ini tidak ada apa-apanya dengan kepedihan yang  pernah menimpa Ayub As. "Lihat semua yang dimilikinya diambil oleh yang  Maha Kuasa, seluruh harta benda ,  keluarga yang meninggalkannya, lengkap dengan penyakit borok menahun . tapi ia sabar . Akhirnya sabarnya mendapat balasan dari Tuhan. 
    
    Sebelumnya berbagai penyesalan bercampur aduk dibenak. "Coba kalau tadi mengambil uangnya sebelum kesini, tenang-tenang mungkin tak akan terjadi begini", " coba kalau  uang tak ditaruh  direkening tabungan bayak-banyak tak akan ketemu seperti ini" , dan sebagainya dan dan sebagainya. Makin runyam ketika iblis ikut meniupkan berbagai bisikan. 

    Enam hari berlalu tak terjadi sesuatu perkembangan. Pada hari ketujuh bertepatan dengan hari Jumat, kira-jam sepuluhan tilpon berdering. Diujung sana seorang pria memperkenalkan diri bahwa ia staf bank yang sedang memproses laporan kasus kami. Suaranya terdengar datar.  Ia memberi tahu bahwa bank mengharapkan kehadiran kami dikantornya secepatnya pada hari hari yang cocok dengan kesempatan yang tersedia pada kami. Ia meminta agar kami menyiapkan selembar copy kartu identitas.  Secercah harapan muncul dalam diri saya, apakah ini tanda-tanda berita baik? Tapi saya segera menepisnya. Jangan-jangan ini hanya salah satu proses  konfirmasi kejadian.  

      Kami sepakat memilih tanggal pertemuan hari Senin karena esoknya adalah dua hari libur akhir pekan.  Dugaan saya ternyata benar.  Maksud pertemuan adalah konfirmasi kejadian diikuti oleh tayangan  sejumlah hasil rekaman CCTV disejumlah ATM. Ternyata bahwa aksi pembobolan rekening tabungan kami dilakukan oleh sejumlah anggota sindikat. 

      Salah seorang diantaranya adalah pria berwajah ramah yang “bermurah hati” menawarkan bantuannya untuk mengeluarkan kartu ATM saya yang ditelan oleh mesin seminggu yang lalu. Rekaman lain adalah  seorang laki-laki lain yang kelihatan sedang berusaha mencongkel kartu  yang tertelan. Tertahannya kartu didalam disebabkan karena ditahan oleh bahan sejenis skaret. Terbukti dari sisa permen karet  yang ditemukan disekitar lobang. 

       Rekaman yang lain-lainnya adalah adegan saya sendiri yang sedang berusaha menarik uang, dan adegan sedang menilpon. Lalu diikuti adegan para anggota sindikat yang satu sama lain sedang sibuk mencocokan nomor pin yang berhasil mereka bajak. Ini terjadi  disejumlah ATM yang berbeda. Selesai acara tayangan,  kepada kami ditanyakan apakah punya rencana untuk melapor ke pihak Kepolisian. “Saya tidak menemukan alasan yang kuat untuk itu “  jawab saya.  “ Jika bank ingin melapor silahkan saja” tambah saya.  

       Akhirnya bank menyiapkan pembuatan berita acara kejadian versi Kantor Pusat. Formatnya hampir sama dengan yang dibuat kantor cabang. Bedanya disini saya lebih menekankan usaha-usaha yang telah saya lakukan semaksimal mungkin untuk  mengamankan rekening saya, tapi tidak mendapat respon sebagaimana mestinya.  Sama seperti reaksi kantor cabang, pejabat Kantor Pusat tidak menjanjikan apapun. “Terserah nanti hasil keputusan managemen pak ” katanya singkat.
      
     Dua minggu  berjalan dengan harap-harap cemas. Kami  berdua sepakat tak akan memberitahukan siapapun mengenai peristiwa yang tak menyenangkan ini.  termasuk keluarga terdekat sekalipun.  Biarlah kami saja yang memikul akibatnya. Orang lain tak usah ikut terbebani memikirkannya.  

     Suatu siang,  tak lama setelah lohor telpon berdering lagi. Pria dari bank yang pernah menilpon saya dua minggu sebelumnya menyapa: “Selamat siang  pak, apa kabar” Kali suaranya agak cerah. “Kami ingin memberitahukan kepada bapak,  bahwa kira-kira 10 menit yang lalu rekening bapak telah dikredit sebesar Rp 45 juta. Silahkan dicek.   Selamat ya pak. Kami berharap dimasa yang akan datang bapak lebih hati-hati…. Saya tak dapat menangkap semua pembicaraannya. Yang ada di kepala saya waktu itu adalah tumpukan  rasa syukur yang dalam  kepada yang Maha kuasa:


   “Alhamdulillah, terima kasih yang sedalam-dalamnya ya Allah, Engkau sangat sayang kepada kami ya Rob. Engkau telah menguji iman kami sedemikian rupa. Engkau tanamkan kekuatan kepada kami, sehingga kami tegar menghadapinya.  Semoga kejadian ini membuat kami  menjadi insan yang lebih teruji  kemurnian imannya  ya Allah.Semoga peringatan ini membuat kami lebih sering bermawas diri, mungkin ada kesalahan pada diri kami yang  telah kami lakukan selama ini, tapi kami tak menyadarinya
Read more! Selengkapnya...

No comments: