
Setelah merenung sekian lama, suatu hari, Imam Ghazali seorang pemikir besar Islam yang yang pernah lahir kedunia, memutuskan untuk menuangkan keperiha-tinannya yang meruyak terhadap keyakinan Islam yang menurut dirinya tidak berkembang sebagaimana mestinya seperti yang diharapkan oleh Sang Pemilik alam semesta ini. Agama Islam telah bergeser fungsinya dari tuntunan menjadi hanya sekedar sebutan. Renungan tersebut ia lahirkan dalam bentuk sebuah buku yang berjudul IHYA ULLUMUDDIN (Hidupkanlah ilmu Islam !). ok
Ia menganggap bahwa kedangkalan pemahaman ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lainnya, adalah akar dari semua masalah yang menimpa dunia Islam. Itulah sebabnya mengapa Ilmu ia jadikan bahan bahasan pertama dari kumpulan tulisannya ini. Belakangan buku ini dinilai oleh banyak kalangan sebagai sebuah maha karya diantara ratusan buku yang pernah ia tulis. Sedemikian luar biasa menariknya karya ini dikalangan ilmuwan Islam khususnya maupun Ilmuwan Barat sekalipun, maka salah seorang pengagum Imam Ghazali bernama Abul Gafer Fersi berujar bahwa buku sekelas Ihya belum pernah dihasilkan sebelumnya. Imam Nudi menyebutkan bahwa kwalitas Ihya hampir mendekati AlQuran.
Shaikh Abu Mahammad berpendapat bahwa seandainya seluruh cahaya pengetahuan didunia sempat terhapus, mereka bisa digantikan oleh Ihya Ullumuddin. Shaikh Abdullah Idris, seorang yang disucikan, mampu menghapal diluar kepala seluruh tulisan Ihya Ullumuddin yang terdiri dari lima buku. Ia telah pernah menyelesaikan membaca karya ini sebanyak 25 kali. Setiap kali menamatkannya ia mengadakan selamatan syukur dengan mengundang makan para pelajarnya dan kaum miskin. Banyak pula murid-murid Imam Ghazali yang mampu menghapal buku Ihya ini. Sejumlah ulama beranggapan buku ini tercipta sebagai hasil ilham atau inspirasi.
Menurut Dr. Badawi Thabanat, Ihya Ullumuddin merupakan kumpulan dari tiga wawasan, yakni:
1. Wawasan Syariah.
Dikatakan berwawasan syariah karena buku ini sarat dengan aturan dan hukum yang merujuk kepada AlQuran, hadis rasulullah Saw, Ijma' (konsensus) umat, dan buah pikiran para sahabat nabi.
2. Wawasan filsafah
Buku ini mendorong pembaca untuk banyak 'berpikir ' tentang kebesaran Tuhan , takjub tentang kekuasaanNya,, dan merenung tentang tentang keajaiban segenap ciptaanNya. Seorang yang sedang berpikir sesungguhnya ia sedang berfilsafah.
3. Wawasan Tasauf
Buku Ihya Ullumuddin menggiring hati pembacanya untuk lebih taqarrub atau lebih mendekat kepada Sang Maha Pencipta
2. Wawasan filsafah
Buku ini mendorong pembaca untuk banyak 'berpikir ' tentang kebesaran Tuhan , takjub tentang kekuasaanNya,, dan merenung tentang tentang keajaiban segenap ciptaanNya. Seorang yang sedang berpikir sesungguhnya ia sedang berfilsafah.
3. Wawasan Tasauf
Buku Ihya Ullumuddin menggiring hati pembacanya untuk lebih taqarrub atau lebih mendekat kepada Sang Maha Pencipta
Imam Ghazali dan Eropa
Buku-buku Imam Ghazali banyak diterima dan mendapatkan pujian dari kalangan ilmuwan di Eropah. Mereka menaruhnya disejumlah perpustakaan. Sebaliknya ia kurang mendapat perhatian dikalangan negara-negara muslim sendiri. Uju-uju membukakan matanya untuk melihatnya, sejumlah pakar Islam malah mereka melarang orang-orang membacanya. Karena alasan ini maka buku ini jarang ditemui sejumlah perpustakaan negara-negara Islam. Mankhul ialah sebuah buku yang pernah ditulis oleh Imam Ghazali pada usia mudanya. Didalam bukunya ia menyatakan dengan pikiran yang tak terkungkung ia bukanlah pengikut buta dari mazhab ataupun sekte manapun. Akibat sikap yang dinilai keliru ini buku tersebut tak digubris di negara-negara muslim. Mankhul dan Ihya diperintahkan agar dimusnahkan. Sebaliknya ia diterjemahkan keberbagai bahasa di Eropah dan diterima disana dengan mendapatkan apresiasi. Ia dijaga dengan baik agar terhindar dari kepunahan. Salah satu tulisan Imam Ghazali yang berjudul Maqasidul Falasifa ( Tujuan ilmu falsafah), tidak ditemukan dinegara muslim, namun terpelihara baik disejumlah perpustakaan negara Spanyol. Eropah juga menerima sejumlah buku Imam Ghazali lainnya.
Pengaruh Imam Ghazali
Taklah berlebihan mengatakan bahwa pandangan modern tentang agama banyak dipengaruhi oleh pikiran-pikiran Imam Ghazali. Sejumlah buku yang ditulis setelah kematiannya jelas mencerminkan pikiran-pikiran beliau tersebut. Pandangannya mengenai ilmu Tasawuf diterima oleh para sufi setelah jaman dia. Sesudah masanya, Maulana Rumi, Ibnu Rushid, Shah Waliullah, dan banyak ulama-ulama terkenal lainnya menulis sejumlah buku yang sejalan dengan pikiran Imam Ghazali. Singkatnya, pikiran-pikiran imam berakar kuat didalam benak pikiran mereka. Pengaruh beliau pada kesusasteraan Persia juga besar. Ia sendiri pernah menulis sebuah buku yang berjudul Kimiya Saadat dalam bahasa Persia yang memberikan dampak kepada buah pikiran Maulana Rumi, Shaikh Sadi, Farid Udiu Attar, Shirajji, Hafiz dan sejumlah peyair dan sufi lainnya. Karya para pujangga yang terkenal ini mendapat tempat yang terhormat dibanyak kalangan serta layak dibaca dan disebarkan. Watt berujar bahwa Imam Ghazali tak jarang diklaim sebagai pemikir muslim yang terbesar baik di Timur maupun dibelahan Barat setelah nabi Muhammad Saw. Bagaimanapun juga beliau layak menerima martabat yang agung ini.
Ia terkenal sebagai ahli filsafat Islam yang telah mengharumkan nama ulama di Eropa melalui hasil karyanya yang sangat bermutu tinggi. Sejak kecil lagi beliau telah dididik dengan akhlak yang mulia. Hal ini menyebabkan beliau benci kepada sifat riya, megah, sombong, takabur, dan sifat-sifat tercela yang lain. Ia sangat kuat beribadat, wara, zuhud, dan tidak gemar kepada kemewahan, kepalsuan
Sifat Pribadi
Imam al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah. Ia digelar Hujjatul Islam karena kemampuannya tersebut. Ia sangat dihormati di dua dunia Islam yaitu Saljuk dan Abbasiyah yang merupakan pusat kebesaran Islam. Ia berjaya menguasai pelbagai bidang ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazali sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia juga sanggup meninggalkan segala kemewahan hidup untuk bermusafir dan mengembara serta meninggalkan kesenangan hidup demi mencari ilmu pengetahuan. Sebelum beliau memulai pengembaraan, beliau telah mempelajari karya ahli sufi ternama seperti al-Junaid Sabili dan Bayazid Busthami. Imam al-Ghazali telah mengembara selama 10 tahun. Ia telah mengunjungi tempat-tempat suci di daerah Islam yang luas seperti Mekkah, Madinah, Jerusalem, dan Mesir.Ia terkenal sebagai ahli filsafat Islam yang telah mengharumkan nama ulama di Eropa melalui hasil karyanya yang sangat bermutu tinggi. Sejak kecil lagi beliau telah dididik dengan akhlak yang mulia. Hal ini menyebabkan beliau benci kepada sifat riya, megah, sombong, takabur, dan sifat-sifat tercela yang lain. Ia sangat kuat beribadat, wara, zuhud, dan tidak gemar kepada kemewahan, kepalsuan
Sejarah hidup singkat Al Ghazali
Imam Ghazali lahir tahun 450 H atau bertepatan dengan 1058 Masehi didusun Taheran yang berada didaerah Taus di Khurasan, l0 mil dari Nisabur Persia . Nama asli beliau ialah Abu Hamid Muhammad. I
Nama keluarganya ialah Ghazali. Ayahnya cukup terkenal, sedangkan kakeknya seorang yang terkemuka dizaman itu. Ayahnya meninggal ketika ia masih muda, lalu ia diasuh oleh ibu dan kakeknya. Konon nama Ghazali berasal dari nama dusun tempat lahirnya didaserah Taus yang terletak dipropensi Khorasan di Persia. Menurut Maulana Shibli Nomani, para leluhurnya memiliki usaha tenun (Ghazzal), karena itu memperoleh panggilan dari keluarganya gelar Ghazali atau penenun.
Ketika ayahnya wafat almarhum mempercayakan pendidikan kedua anak lelakinya Muhammad dan Ahmad kepada salah seorang teman kepercayaannya. Setelah membekali mereka dengan pendidikan dasar ia kemudian mengirimnya kesebuah perguruan privat. Dalam waktu singkat kedua anak tersebut berhasil menghafal AlQuran, setelah itu mulai belajar bahasa Arab.Ghazali mulai dengan mempelajari ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, usul fiqih,filsafat, dan mempelajari segala pendapat keeempat mazhab hingga mahir dalam bidang yang dibahas oleh mazhab-mazhab tersebut.
Selepas itu, Ghazali muda melanjutkan pelajarannya dengan Ahmad ar-Razkani dalam bidang ilmu fiqih, Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam Harmaim di Naisabur. Kemudian mereka melanjutkan pendidikan kesekolah umum. Tak lama berselang, Ghazali kecil meninggalkan kampung halamannya menuju Zarzan guna mendapatkan pendidikan lanjutan yang lebih tinggi. Ia berguru kepada seorang ulama besar bernama Imam Abu Nasir Ismail. Ghazali biasa mencatat kuliah yang diberikan. Suatu hari ia ditimpa kemalangan diperjalanan. Semua yang dimilikinya saat itu, termasuk catatan-catatan kuliahnya disikat oleh perampok. Dengan memberanikan diri dia datang kepada kepala perampok beriba-iba memohon agar segala catatannya dikembalikan. Ia sangat bersyukur karena permintaannya akhirnya dipenuhi.
Karena Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu, beliau telah dilantik menjadi mahaguru di Madrasah Nizhamiah (sebuah universitas yang didirikan oleh perdana menteri) di Baghdad pada tahun 484 Hijrah yang bernama Nizamul Mulk, seorang wakil penguasa Turki masa itu yakni Malik Shah.. Kemudian beliau dilantik pula sebagai Naib Kanselor di sana.
Sebelumnya ia mengikuti madrasah Nizamia di Nishapur. Madrasah ini terkenal memiliki guru-guru yang berkwalitas. Kepala sekolahnya bernama Imamul Haramain. Sekolah ini memiliki 400 murid. Tiga diantaranya belakangan menjadi terkenal, yakni Harrasi, Ahmad bin Muhammad, dan Imam ghazali. Ketika kepala sekolah meninggal, Ghazali sangat bersedih lalu pergi meninggalkan Nishapur menuju Bagdad ibukota para khalifah. Pada waktu itu usianya mencapai 28 tahun.
Kuliah-kuliah Imam Ghazali
Setiap kuliah yang diberikan oleh Imam Ghazali dipadati oleh khalayak terpelajar, termasuk para penjabat pemerintahan bahkan oleh keluarga kerajaan. Ceramahnya sarat dengan tanya jawab dan argumentasi. Sebagian ceramahnya dicatat oleh Said bin Faris, dan Ibnu lobban. Semuanya berjumlah 183, kemudian dituangkan menjadi sebuah buku yang berjudul Majlis Ghazalia.
Imam besar ini kemudian mengalihkan perhatiannya guna meraih ketinggian spiritual dan hal-hal dapat mengantarkannya kearah itu. Semuanya kemudian dirangkum kedalam sebuah buku yang berjudul Munkidzum minad dhaalal ( Beranjak dari kekeliruan). Pada usia mudanya ia adalah seorang pengikut mazhab Imam Syafei, tetapi ketika sampai di Bagdad ia bercampur dengan berbagai kalangan yang mengikuti bermacam mazhab, berbagai sudut pandang, beragam pikiran. Ada aliran Shiah, Aliran Shunni, Magians, Nasrani, Yahudi, Atheis, penyembah api, maupun penyembah berhala. Ada pula pengikut dewa-dewa, penghamba materi, penganut paham alamiah, serta para filosof. Mereka punya tradisi berkumpul dalam suatu ajang pertemuan debat serta adu argumentasi. Semuanya itu berdampak kepada pola pikir Imam. Sejak itu hidupnya jadi berobah. Ia mulai mencari kebenaran dengan nalar yang terbebas dari pengaruh siapapun. Pemikiran-pemikiranya yang lama seolah-olah menguap dan ia mulai hidup mencari kepastian, lalu perlahan lahan bergeser ke filsafat tasauf agar lebih dekat dekat kepada Sang Khalik. Tapi disini tak cukup hanya sekedar keyakinan. Tindakan nyata juga dituntut. Terlarut dengan pemikiran-pemikiran yang terakhir ini, ia memutuskan melepaskan jabatan empuknya di Bagdad. Dengan mengenakan pakaian sufi, mendadak suatu malam ia berangkat meninggalkan Bagdad tahun 488 Hijriah.
Ia tiba di Damaskus Syria, lalu mengunci diri disebuah kamar mesjidnya. Ia mulai memusatkan batinnya mendekati Yang Maha Kuasa, bermeditasi serta berzikir.
Sang Imam hidup selama 55 tahun, Ia mulai menulis sejak usia muda saat berusia 20 tahun. Ia hidup berpindah-pindah selama 10 sampai 11 tahun. Menghabiskan waktunya dengan membaca, menulis dan mengajar. Selain dari itu semua, menjawab ribuan surat yang datang minta keputusan dan pendapatnya dari dekat dan jauh. Ia menulis hampir 400 buah buku. Beberapa diantaranya yang terkenal yakni:
Dua tahun dia menghabiskan waktunya disana, Sebelumnya pada usia 27 tahun ia telah pernah dibimbing oleh Abu Ali Farnedi yang juga mejadi guru spritual Nizamul Mulk. Setelah dua tahun ia menuju Jerusalem dan berziarah ketempat kelahiran nabi Isa AS. Tahun 499H Ia mengunjungi makam suci nabi Ibrahim AS seraya mengikrarkan tiga buah sumpah. Sumpah pertama, bahwa seumur hidupnya ia tak akan pernah lagi pergi ke Darbar ( tampat ajang pertemuan debat dan diskusi), tak peduli siapa yang berkuasa disana). Sumpah kedua, seumur hidupnya ia tak akan mau lagi mendengar presentasi dari kelompok-kelompok tersebut. Sumpah ketiga, Seumur hidup ia tak akan bersedia lagi ikut dalam debat-debat agama. Alhamdulillah sampai akhir hayatnya ia tak pernah melanggar sumpah-sumpah tersebut.
Sehabis ke makam Ibrahim ia menyempatkan diri untuk menunaikan Ibadah haji, selesai beribadah lalu menetap di kota madina untuk beberapa waktu lamanya.
Sekembalinya kekampung halamannya, ia diminta oleh pejabat pemerintah setempat untuk memangku jabatan pengelola madrasah Nizamia Ia menerima tawaran tersebut. Ketika pejabat tersebut tewas dalam suatu usaha pembunuhan, ia melepaskan pekerjaan itu lalu pindah ke Tus dan mengasingka diri di Khankah. Pejabat yangbaru memintanya untuk menempati kedudukan sebelumnya, tapi ia menolak.
ImamGhazali meninggal didesa kelahirannya pada tanggal 14 bulan enam Hijriah, bertepatan dengan tanggal 19 Desember 1111 Masehi. Ibnu Jauzi bercerita tentang kisah kematiannya. Katanya, Pada hari senin pagi ia bangkit dari pembaringannya, lalu menunaikan shalat subuh, Setelah itu menyuruh seseorang untuk membawakan kain kafan baginya. Begitu secarik kain putih itu ia terima, ia dekapkan kewajahnya seraya berujar: "Perintah Tuhan harus ditaati". Sambil berkata ia merebahkan diri ketempat tidur lalu melonjorkan , kemudian ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Sang Imam tak meninggalkan putera lelaki kecuali beberapa anak perempuan.
Buku-bukunya
Sang Imam hidup selama 55 tahun, Ia mulai menulis sejak usia muda saat berusia 20 tahun. Ia hidup berpindah-pindah selama 10 sampai 11 tahun. Menghabiskan waktunya dengan membaca, menulis dan mengajar. Selain dari itu semua, menjawab ribuan surat yang datang minta keputusan dan pendapatnya dari dekat dan jauh. Ia menulis hampir 400 buah buku. Beberapa diantaranya yang terkenal yakni:
Pengetahuan agama: Wasit ( Hukum tentang kesucian), Basit (Keteguhan), Wajiz( hukum norma), Bayanul Qaulin Li Shafeyi (Ucapan yang pantas bagi kesucian diri), Khulasatul Rasail (Saripati hukum), Ikhtisarul Mukhtesar ( Ringkasan manual),
Prinsip-prinsip pengetahuan agama: Tahsinul Muakhij, Mustastfa (yurisprudensi).
Yurisprudensi: Khulasatul Fiqh ( Saripati fikih), Wajih, Iqtisad fil I'tiqad (Penjelasan iman), Alqaistas Mustaqim
Pemikiran : Mizanul Amal ( Keharmonisan amal perbuatan, Mihakhul Nazar fil Mantiq (Mengasah jalan pemikiran, Mayatul Ilm ( Menimbang kadar ilmu), Al-Ma'arif ( Berbincang-bincang mengenai jalan pikiran), Mayarul Ilm fi Fannil Mantiq( Menimbang kadar pengetahuan tentang jalan pikiran)
Philosophy: Maqasidul Falasifah ( Tujuan Ilmu falsafah), Munqizum minaddhalal ( Menghindar dari kesalahan, suatu ungkapan dari kemajuan spiritual dirinya), Kitabul Arbayin (Pembatasan kehidupan), Risalatul laduniyya ( Ilham dan wahyu)
Pengetahuan agama yang mumpuni: Tahafatul falasifah (Usaha penghancuran pakar filsafah), Iqtisadi (sportifitas dan kejujuran), Mustajhari (Tuntunan bagi pendatang baru), Iljamtl awam ( Pencemaran manusia) , Faysatul Zindiq (Sangkalan para anti agama), Fikral wal Ibrah (Memikir dan merenung), Alhikmah (Kebijakan Tuhan), Haqiqatur ruh (Hakikat ruh)
Batin dan Akhlak : Ihaya Ulumuddin (Menghidupkan ilmu agama), Kimiyae sa'adat (Batu loncatan keberhasilan), Akhlakul Abrar (Akhlak orang yang takwa), Jawauraul Quran ( Permata Quran), Minhajul Abidin (Jalur orang yang taat), Mirajus saliqin ( Langkah-langkah bagi para pesinggah), Bidayatul Hidayah ( Mulainya tuntunan), Mishkatul Anwar ( Relung cahaya).
Tafsir: Yiakutut ta'wil( Penafsiran AlQuran, sebanyak 40 jilid, sudah tak diketemukan).
Dari 400 buku yang ia tulis, beberapa diantaranya hanya terdapat di sejumlah perpustakaan di Eropah, Sementara sebagian kaum muslimin tidak memperlakukannnya sebagaimana mestinya. Bahkan ada yang bertindak lebih jauh dengan memusnahkannya, sehingga menghilang untuk selama-lamanya bagi dunia.
Adapun tulisan ini disusun sebagai hasil terjemahan buku Ihya Ulumuddin karangan Imam Ghazali, yang terdiri dari 4 jilid edisi bahasa Inggeris atau 5 jilid edisi bahasa Arab.
Saudara-saudaraku pengunjung blog, mengapa sang Imam, dihormati, dipuja dan dicintai secara luas, Tapi saat bersamaan dibenci bahkan dimusuhi.
Beliau dihormati dan dipuji karena diakui sebagai seorang tokoh Islam terkemuka sepanjang zaman. Ia dikenal sebagai seorang ulama, filsuf, dokter, psikolog, ahli hukum dan sufi yang sangat berpengaruh didunia Islam dan peradaban Barat sekalipun. Sebagai ulama serba bisa , Imam Ghazali tak hanya memberi sumbangan penting bagi perkembangan ilmu keislaman , falsafat, dan sufi, iapun turut berjasa dalam membangun sains.
Dibidang biologi dan kedokteran misalnya ia diyakini sebagai salah seorang tokoh yang mengembangkan studi kedokteran diera kejayaan Islam, khususnya ilmu anatomi. Dalam bukunya Ihya Ulumuddin, dia menempatkan kedokteran sebagai ilmu yang terpuji. Sebagai seorang saintis dan ulama ia justru membenci astrologi yang sebagai ilmu yang pantas dicela. Dukungannya terhadap pengembangan ilmu anatomi telah memberi pengaruh yang besar bagi dokter Muslim diabad 12 dan ke 13 M untuk mengembangkannya. Salah seorang dokter Muslim yang terkemuka yang terpengaruh dengan pemikiran Al-Ghazali tentang anatomi adalah Ibnu Al-Nafis.
Dibidang kosmologi Al-Ghazali telah memberi warna dalam pengembangan ilmu yang yang mempelajari struktur dan sejarah alam semesta berskala besar. Secara khusus ilmu ini berhubungan dengan asal mula dan evolusi dari suatu subyek. Kosmologi biasanya dipelajari dalam astronomi, filosofi dan agama. Dalam kosmologi Al-Ghazali mencoba untuk mematahkan pendapat para filosof yunani, seperti Aristoteles yang menyatakan bahwa alam semesta memiliki masa lalu yang tak tentu dan tak bermula. Al-ghazali tak sependapat dengan argumen para pemikir Yunani itu. Ia menawarkan dua alasan logis untuk menjungkir balikkan argumen Aristoteles tentang masa lalu yang tak tentu.
Al-Ghazali menyatakan bahwa alam semesta ini memiliki masa lalu yang tak terbatas. Semesta raya ini katanya juga memiliki awal. Dibidang Psikologi Al-Ghazali turut berjasa dalam mengembangkan psikologi Islam dan Sufi. Dalam dua kajian psikologi itu, ia banyak membahas tentang konsep diri serta penyebab penderitaaan dan kebahagian. Ia menggunakan istilah psikologi yang dikembangkan sendiri, seperti Qalbu (hati), roh, nafs (jiwa), dan aql (pikiran). Menurut dia sesuatu yang cocok sangat dirindukan dan melekat pada setiap diri. Setiap diri memiliki dorongan sensorik dan motorik. Untuk memenuhi kebutuhan jasadnya. Keduanya melahirkan selera dan kemarahan.
Menurutnya selera mendorong rasa haus, lapar dan dorongan seksual. Sedangkan marah memicu terjadinya kemurkaan dan balas dendam. Ia membagi motif sensorik atas lima indera, yakni pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa, dan sentuhan. Buah pikiran Al-ghazali begitu menarik perhatian para sarjana Eropah, tutur Margareth Smith dalam bukunya berjudul Al-Ghazali:The Mystic. Salah seorang pemikir kristen terkemuka yang sangat terpengaruh dengan pemikiran sang ulama kata Smith adalah ST Thomas Aquinas (1225 M – 1274 M). Aquinas, filosof yang sering dibangga-banggakan peradaban Barat, telah mengakui kehebatan Al-Ghazali dan merasa telah berutang budi kepada tokoh legendaris tersebut. Pemikiran-pemikiran Al-Ghazali begitu mewarnai cara berpikir Aquinas. Saat itu kebudayaan dan literatur-literatur Islam sangat mendominasi dunia pendidikan Barat.
Dibidang biologi dan kedokteran misalnya ia diyakini sebagai salah seorang tokoh yang mengembangkan studi kedokteran diera kejayaan Islam, khususnya ilmu anatomi. Dalam bukunya Ihya Ulumuddin, dia menempatkan kedokteran sebagai ilmu yang terpuji. Sebagai seorang saintis dan ulama ia justru membenci astrologi yang sebagai ilmu yang pantas dicela. Dukungannya terhadap pengembangan ilmu anatomi telah memberi pengaruh yang besar bagi dokter Muslim diabad 12 dan ke 13 M untuk mengembangkannya. Salah seorang dokter Muslim yang terkemuka yang terpengaruh dengan pemikiran Al-Ghazali tentang anatomi adalah Ibnu Al-Nafis.
Dibidang kosmologi Al-Ghazali telah memberi warna dalam pengembangan ilmu yang yang mempelajari struktur dan sejarah alam semesta berskala besar. Secara khusus ilmu ini berhubungan dengan asal mula dan evolusi dari suatu subyek. Kosmologi biasanya dipelajari dalam astronomi, filosofi dan agama. Dalam kosmologi Al-Ghazali mencoba untuk mematahkan pendapat para filosof yunani, seperti Aristoteles yang menyatakan bahwa alam semesta memiliki masa lalu yang tak tentu dan tak bermula. Al-ghazali tak sependapat dengan argumen para pemikir Yunani itu. Ia menawarkan dua alasan logis untuk menjungkir balikkan argumen Aristoteles tentang masa lalu yang tak tentu.
Al-Ghazali menyatakan bahwa alam semesta ini memiliki masa lalu yang tak terbatas. Semesta raya ini katanya juga memiliki awal. Dibidang Psikologi Al-Ghazali turut berjasa dalam mengembangkan psikologi Islam dan Sufi. Dalam dua kajian psikologi itu, ia banyak membahas tentang konsep diri serta penyebab penderitaaan dan kebahagian. Ia menggunakan istilah psikologi yang dikembangkan sendiri, seperti Qalbu (hati), roh, nafs (jiwa), dan aql (pikiran). Menurut dia sesuatu yang cocok sangat dirindukan dan melekat pada setiap diri. Setiap diri memiliki dorongan sensorik dan motorik. Untuk memenuhi kebutuhan jasadnya. Keduanya melahirkan selera dan kemarahan.
Menurutnya selera mendorong rasa haus, lapar dan dorongan seksual. Sedangkan marah memicu terjadinya kemurkaan dan balas dendam. Ia membagi motif sensorik atas lima indera, yakni pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa, dan sentuhan. Buah pikiran Al-ghazali begitu menarik perhatian para sarjana Eropah, tutur Margareth Smith dalam bukunya berjudul Al-Ghazali:The Mystic. Salah seorang pemikir kristen terkemuka yang sangat terpengaruh dengan pemikiran sang ulama kata Smith adalah ST Thomas Aquinas (1225 M – 1274 M). Aquinas, filosof yang sering dibangga-banggakan peradaban Barat, telah mengakui kehebatan Al-Ghazali dan merasa telah berutang budi kepada tokoh legendaris tersebut. Pemikiran-pemikiran Al-Ghazali begitu mewarnai cara berpikir Aquinas. Saat itu kebudayaan dan literatur-literatur Islam sangat mendominasi dunia pendidikan Barat.
Perbedaan terbesar pemikiran Al-Ghazali dengan karya-karya Aquinas dalam teologi Kristen terletak pada metode dan keyakinan. Secara tegas Al-Ghazali menolak segala bentuk pemikiran filosof metafisik non Islam seperti Aristoteles yang tidak dilandasi oleh keyakinan akan Tuhan. Sedangkan Aquinas mengakomodasi buah pikiran filosof Yunani, Latin dan Islam dalam karya-karya filsafatnya.
Ada beberapa hal yang meyebabkan Al-Ghazali seolah-olah dimusuhi oleh sejumlah kalangan. Pertama, seperti apa yang telah disinggung diatas bahwa ia menyatakan ia bukanlah pengikut buta dari mazhab ataupun sekte manapun. Akibat sikap yang dinilai keliru ini sebagian bukunya tak digubris di negara-negara muslim. Mankhul dan Ihya diperintahkan agar dimusnahkan. Hal lainnya ialah, di suatu masa, karyanya dianggap merupakan kritik terhadap filsafat, di masa yang lain, sebaliknya, kitab-kitabnya dinilai lebih kuat berbau filsafat daripada keagamaan.
Maka, suatu ketika karyanya, Tahafut al-Falasifah (Kerancuan Para Filosof), yang mengkritik sejumlah pemikiran filsafat Ibn Sina, digunakan oleh Al-Hajib al-Mansyur, penguasa daulat Abbasiyah, untuk mendapatkan semacam pengesahan untuk memberangus dan membakar buku-buku filsafat, logika, dan astronomi di halaman istana. Tindakan ini mengakibatkan harga buku-buku tersebut di pasar anjlok. Tapi belasan tahun setelah al-Ghazali meninggal, giliran kitab-kitabnya kena damprat. Sejumlah ulama menafsirkan karya-karya Ghazali lebih dekat ke filsafat daripada agama. Maka, kitab-kitabnya dimusuhi dan dibakar.
Maka, suatu ketika karyanya, Tahafut al-Falasifah (Kerancuan Para Filosof), yang mengkritik sejumlah pemikiran filsafat Ibn Sina, digunakan oleh Al-Hajib al-Mansyur, penguasa daulat Abbasiyah, untuk mendapatkan semacam pengesahan untuk memberangus dan membakar buku-buku filsafat, logika, dan astronomi di halaman istana. Tindakan ini mengakibatkan harga buku-buku tersebut di pasar anjlok. Tapi belasan tahun setelah al-Ghazali meninggal, giliran kitab-kitabnya kena damprat. Sejumlah ulama menafsirkan karya-karya Ghazali lebih dekat ke filsafat daripada agama. Maka, kitab-kitabnya dimusuhi dan dibakar.
Menurut sejarah ilmu pengetahuan, istilah filsafat pertama lahir dari mulut seorang pemikir Yunani kuno yang hidup pada abad ke 6 sebelum Masehi bernama Phytagoras. Secara harfiah filsafah bermakna "cinta kebijaksanaan" ( philia - cinta; sophia - kebijaksanaan). Maka orang yang mencitai kebijaksanaan disebut Philosophos (filsuf). Orang yang mencintai kebijaksanaan katanya bukanlah orang yang sudah memiliki kebijaksanaan, melainkan orang yang terus berupaya mencari kebijaaksanaan. Dengan kata lain ketika seseorang sedang berpikir pada hakikatnya ia sedang melakukan aktivitas filsafah.
AlQuran sesungguhnya mengajarkan manusia agar ia tidak tinggal diam melihat sesuatu yang mengundang suatu pertanyaan kepada nalarnya. Perhatikan himbauan-himbauan sebagai berikut : " Mengapa tak kalian pikirkan" ?, "Aku perlihatkan kepada kalian tanda-tandaku, mengapa kalian tak memikirkannya", "Mengapa kalian tidak menggunakan akal kalian ?" (sebagai perlengkapan yang telah diberikan Tuhan kepada kalian ). Teguran lain yang lebih eksplisit: " Mengapa kalian tak merenungkannya?". Selain itu Didalam AlQuran tercatat 18 ayat yang mengingatkan manusia bahwa hanya orang-orang yang berakal-lah yang mampu mengambil pelajaran dari apa-apa diciptakan Allah sehingga bisa mengantarkannya menjadi insan yang berhasil. Kepada siapa yang enggan menggunakan akalnya, malahan Allah mengancam akan menimpakan kemurkaan (Qs. 10:100).
PENGANTAR DARI IMAM GHAZALI
"Ambillah apa yang diberikan oleh Rasul kepadamu, dan tinggalkanlah apa yang dilarang nya! (59:7).
Lebih dahulu , saya ingin memulai dengan memuji Tuhan walau pujian kita tak ada artinya bagiNya, dan tak ada apa-apanya didepan keagunganNya. Yang kedua saya memohon agar diberikan berkah kepada seluruh rasul-rasulNya, khususnya kepada utusanNya yang terakhir dan yang termulia Muhammad SAW. Ketiga, saya memohon kepadaNya agar dikurniai kekuatan dan dorongan untuk menulis buku Ihyaa Ullumuddin atau Menghidupkan Ilmu-ilmu agama.
Yang keempat, kepada semua yang senang menyebar fitnah, kepada semua yang berhati dingin, kepada semua yang suka menampik kebenaran, semoga Allah memberi kebebasan kepada lidahku untuk berbicara dan mudah-mudahan Allah memenuhkan tenggorokanku dengan alasan dan argumen untuk bisa menangkis segala dalih-dalih mereka. Sekalipun mereka telah menutup mata hatinya akan kebenaran dan minta bantuan kepada sesuatu yang sia-sia dan minta pertolongan kepada ketidak benaran. Sekalipun mereka memuja-muja kejahilan. Jika ada yang berniat untuk menghentikan tingkah laku serta kebiasaan yang salah atau bermaksud untuk menerapkan pelajaran yang mereka dapat dengan harapan agar Tuhan berkenan membersihkan diri mereka, agar meningkatkan ibadah, bersungguh-sungguh bertobat dari dosa yang lalu yang menyebabkan keputus asaan.
Tapi ingat pesan rasulullah: “ menjauhlah dari orang-orang orang-orang yang punya ilmu tapi tapi tak dapat apa-apa dari ilmunya itu. Bagi yang terakhir ini disediakan sangsi yang amat berat dihari berbangkit.
Jalan kembali kedunia berikutnya sungguh sarat dengan rintangan dan hambatan, Banyak yang tak memiliki kemudahan untuk menempuhnya. Cara termudah, mintalah bantuan kepada orang yang berilmu karena mereka adalah pewaris nabi.
Waktu tak pernah berhenti. Yang diperhamba oleh nafsu, bergelimang dengan kesenangan. Iblis berpelukan dengan mereka. Berbagai kemungkaran dan maksiat menjadi kompas mereka. Yang jahat dikatakan baik, yang yang baik dianggap jelek. Ajaran agama di-cap sudah usang, ilmu agama dinilai tak laku lagi. Cahaya tuntunan hampir menghilang dari permukaan bumi. Kata mereka hukum yang berlaku hanya hukum positif yang digunakan oleh hakim pengadilan, hukum yang dipakai oleh penguasa dalam mengurus negara.
Ketika kondisi agama sudah terpuruk seperti ini, berarti malapetaka , maka inilah yang mendorong saya menulis sebuah buku dengan tema menghidupkan kembali Ilmu Agama.
Saya membagi buku Ihya Ullumuddin menjadi 4 buku:
I. Buku yang membahas tentang Ibadah
II. Buku yang membahas liku-liku keduniaan
III. Buku yang membahas tentang prilaku yang bisa membawa celaka
IV. Buku yang membahas tentang prilaku yang bisa menjadi penyelamat
Yang akan menjadi sorotan pertama dalam pembahasan Ibadah adalah tentang ilmu pengetahuan. Ia memegang posisi sentral. Selama ini ilmu telah terabaikan. Agama tanpa ilmu adalah buta. Namun ilmu mutlak disanding dengan agama, karena ilmu tanpa agama, cikal bakal kehancuran. Rasulullah bersabda: “Menuntut ilmu diwajibkan bagi setiap insan Muslim”
. Dalam mencari ilmu perlu hati-hati, jangan sampai terjebak kepada ilmu yang tak berguna. Pesan nabi: "Mintalah perlindungan kepada Allah dari ilmu yang tak bermanfaat.”
I) Buku tentang ibadah
Terdiri dari sepuluh bab, yakni:
Bab1. Menuntut Ilmu
a. Keutamaan belajar dan mengajar
b. Cabang ilmu yang wajib dikuasai setiap individu , dan hanya
wajib dimiliki bila belum ada anggota lain
masyarakat yang menguasainya.
c. Ilmu yang tak dikehendaki bahaya ilmu polemik. Kerugian
berdebat dan cekcok
d. Etika yang perlu diperhatikan oleh pengajar dan murid.
f. Kerugian dari ilmu tentang alam yang akan datang. Tanda-tanda
orang yang memilikinya.
g. Akal dan kemuliaan sifatnya
Bab 2. Asas atau dasar-dasar Keimanan
a. Landasan keimanan
b. Indahnya iman
c. Bukti keimanan
d. Ketentuan rukun iman
Bab 3. Rahasia kesucian diri
a. Mensucikan kekotoran diri
b. Mensucikan tubuh
c. Membersihkan kotoran diri
Bab 4. Rahasia ibadah Shalat
a. Keutamaan shalat
b. Gerakan shalat
c. Sikap diri ketika shalat
d. Sikap seorang imam
e. Pahala shalat Jumat
f. Shalat sunat
Bab 5. Rahasia berzakat
a. Macam-macam zakat
b. Membayar zakat dan syarat-syaratnya
c. Syarat penerima zakat
d. Sedekah, dan keutamaannya
Bab 6. Rahasia berpuasa
a. Enam hal yang wajib dipenuhi seorang yang berpuasa Ramadhan.
b. Rahasia berpuasa
c. Puasa sunat dan ketentuannya
Bab 7. Rahasia menjalani Haji
a. Keutamaan berhaji
b. Delapan kewajiban haji
c. Sepuluh rahasia haji
Bab 8. Membaca AlQuran
a. Keutamaan AlQuran
b. Adab membaca AlQuran
c. Sepuluh unsur yang harus diperhatikan ketika membaca AlQuran
d. Menafsirkan AlQuran mengikuti pendapat pribadi
Bab 9. Berdzikir dan memohon kepada Tuhan
a. Keutamaan berdzikir
b. Tasbih, Tahmid dan bacaan dzikir lain
c. Doa pilihan
Bab 10. Menjaga agar kewajiban harian terlaksana secara tertib sesuai
waktunya.
II) Buku tentang adab keduniawian.
Terdiri dari sebelas bab, yakni:
Bab 1. Adab makan dan minum
a. Adab makan
b. Adab makan bersama
c. Keramah tamaan
d. Adab melayani tamu
Bab 2. Rahasia pernikahan
a. Kebaikkan dan kekurangannya
b. Aturan pernikahan
c. Adab setelah menikah
Bab 3. Aturan Mencari nafkah
a. Mencari nafkah, berdagang dan berwirausaha
b. Jual beli
c. Memperhatikan unsur keadilan dalam berwirausaha
d. Etika dalam bertransaksi
e. Jangan abaikan unsur agama dalam bertransaksi
Bab 4. Halal dan haram
a. Kebaikkan mencari nafkah secara halal, dan mencela nafkah yang haram
b. Beberapa tingkatan hal yang meragukan
c. Berdebat serta mengajukan pertanyaaan
d. Pengetahuan tentang halal haram
e. Pemberian dari penguasa atau raja
f. Sering berkunjung kepada penguasa
g. Beberapa keputusan hukum
f. Sering berkunjung kepada penguasa
g. Beberapa keputusan hukum
Bab 5. Adab berkasih sayang dan persaudaraan
a. Keindahan persahabatan dan persaudaraan
b. Hak yang timbul dari suatu persahabatan dan persaudaraan
Bab 6. Kewajiban kepada kerabat, kepada tetangga, dan kepada sesama Muslim
a. Kewajiban kepada sesama Muslim
b. Hak seorang tetangga
c. Hak kerabat.
Bab 7. Adab hidup memisahkan diri
a. Kebaikan dan keburukan hidup memisahkan diri
b. Manfaat bermasyarakat
c. Aturan hidup memisahkan diri
Bab 8 Adab bepergian
a. Adab bepergian sejak awal sampai berakhir.
b. Hal yang perlu diperhatikan dalam bepergian
c. Hal yang perlu diperhatikan sebelum bepergian
Bab 9. Alat pendengaran dan keberadaannya
a. Musik dan ekstasi
b. Bukti bahwa 'Sama' atau Nasyid tidak haram
c. Suara yang tak berirama
d. Nasyid haram hukumnya dalam 5 hal.
Bab10. Aturan memerintahkan berbuat baik dan melarang kejahatan
a. Keuntungan mengajak kepada kebaikan dan melarang hal yang buruk
b. Kewajiban untuk mengajak kepada kebaikan dan melarang keburukan
Bab 11. Akhlak dan prilaku rasul
a. Rasul belajar akhlak dari AlQuran
b. Akhlak dan prilaku rasul
c. Sopan santun rasul
d. Tutur kata serta senyum rasul
e. Adab makan rasul
f. Adab berpakaian rasul
g. Sifat pemaaf rasul
h. Ketidaksukaan rasul akan sifat benci
i. Sifat rasul yang pemurah
j. Keberanian dan kepahlawanan rasul
k. Kesederhanaan dan kerendahan hati rasul
l. Postur tubuh rasul.
III.) Buku yang membahas tentang prilaku yang bisa mencelakakan diri
Terdiri dari sepuluh bab, yakni:
Terdiri dari sepuluh bab, yakni:
a. Sifat-sifat ruh
b. Kalbu, ruh, jiwa, dan akal
c. Pasukan yang dimiliki oleh ruh
d. Ilmu dan cita-cita
e. Ruh adalah bagaikan cermin
f. Empat hambatan dalam meraih ilmu Tuhan
Bab 7. Kejahatan harta dan kefakiran
Bab 8. Kejahatan pamer dan angkuh
Bab 9. Bahaya sifat sombong dan ujub
Bab 10. Bahaya keyakinan yang keliru
IV. Buku yang membahas tentang prilaku yang bisa menyelamatkan diri
Terdiri dari sepuluh bab, yakni:
Bab 1. Bertobat
Bab 1. Bertobat
Bab 2. Sabar dan berterima kasih kepada Allah
Bab 3. Takwa dan berharap
Bab 4. Melarat dan zuhud
Bab 5. Meng-esakan Allah dan bersandar kepadaNya
Bab 6. Kecintaan, kerinduan, kedekatan dan keridhaan kepada Allah
Bab 7. Niat, kebenaran dan keikhlasan
Bab 8. Mawas diri dan menilai diri
Bab 9. Merenungkan hal-hal baik
Bab 10. Mengingat mati
No comments:
Post a Comment